Tren teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) tidak hanya mendominasi beberapa sektor pekerjaan administratif, tetapi juga mulai merambah ke sektor kesehatan dan medis. Baru-baru ini, sekelompok peneliti dari John Hopkins University dan Stanford University menguji bagaimana teknik pelatihan AI yang sama seperti yang digunakan ChatGPT, diimplementasikan untuk melatih robot melakukan operasi bedah.
Mereka membuat model pelatihan AI menggunakan kumpulan video rekaman lengan robot yang dikendalikan manusia untuk melakukan pembedahan. Dengan model tersebut, peneliti berharap mereka tak perlu memprogram setiap gerakan atau langkah dalam sebuah prosedur medis. Robot bisa “belajar” meniru tindakan yang ada di dalam video, sehingga proses pengaturannya lebih sederhana dan efisien.
Pembelajaran yang dilatih mencakup belajar menggerakan atau mengendalikan jarum, mengikat simpul, hingga menjahit luka. Robot juga mampu melakukan hal selain yang ditiru lewat video, serta memperbaiki kesalahan sendiri tanpa harus diberi komando, misalnya mengambil jarum yang jatuh.
Para ilmuwan sudah mulai lanjut ke tahap pembelajaran berikutnya dengan rencana menggabungkan seluruh keterampilan bedah yang berbeda dalam satu operasi penuh yang dilakukan pada mayat hewan. Gagasan ini lahir ketika melihat adanya perkembangan dari pola pelatihan robot yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun di ruang operasi.
Menurut laporan dari Journal Robotic of Surgery yang dipublikasi pada 2023, sudah ada sekitar 876.000 operasi yang dilakukan bersama robot pada 2020. Keterlibatan robot di ruang bedah memiliki dampak yang cukup signifikan bagi para dokter karena robot dapat mencapai bagian tubuh tertentu dan melakukan tugas yang tidak bisa dilakukan oleh dokter bedah, terutama pada operasi saraf yang memerlukan presisi tingkat tinggi.
Meskipun tangan robot tidak menderita tremor seperti manusia dan terbilang ramping untuk melakukan tugas-tugas presisi serta menghindari masalah kerusakan saraf, dalam praktiknya, robot tetap akan dipandu manual oleh ahli bedah lewat alat pengontrol. Jadi, dokter bedah masih selalu memegang tanggung jawab utama dalam setiap operasi.
Dengan adanya perkembangan ini, diharapkan bahwa penggunaan AI dalam bidang medis dapat membantu meningkatkan efisiensi, akurasi, dan keselamatan dalam prosedur medis. Hal ini juga membuka peluang untuk pengembangan teknologi yang lebih canggih dan inovatif di masa depan. Semua ini tentu saja akan memberikan manfaat besar bagi dunia medis dan kesehatan secara keseluruhan.