Di sebuah acara adat, Tarmiji, seorang pria yang mengaku sebagai Panglima Kijang, mencuri perhatian publik setelah kejadian mengejutkan terjadi. Tarmiji, yang terkenal dengan penampilannya yang unik dan pernyataan kontroversialnya, menemui kebutuhan untuk meminta maaf secara terang-terangan setelah diduga melecehkan Pangeran Kesultanan Kutai Kartanegara.
Tarmiji, yang kerap menunjukkan dirinya mengenakan pakaian tradisional Dayak di platform media sosial, sempat menjadi perhatian luas ketika unggahannya dianggap menghina Sultan Kutai Kartanegara. Ini menyebabkan dia memberikan penjelasan dan meminta maaf. Situasi ini dimulai ketika video viral di platform media sosial, yang menunjukkan Tarmiji dilempari dengan sebuah botol air mineral setelah diduga melakukan penghinaan terhadap orang tua Pangeran Kutai.
Setelah terjadi polemik yang melibatkan Sultan Kutai Kartanegara, Tarmiji akhirnya mengakui kesalahannya serta memohon maaf dalam video. Ia menyatakan bahwa tidak ada maksud untuk menghina Sultan Kutai Kartanegara, dan bahwa ungkapannya terjadi tanpa disadari. Sempat mendapatkan kabar seorang bernama Tarmiji ini merupakan Panglima abal-abal yang mengaku sebagai sebutan Panglima Kijang.
Kejadian ini tidak hanya menciptakan kegemparan di platform sosial media, melainkan juga menimbulkan keraguan tentang penghargaan terhadap kebudayaan dan tradisi. Tarmiji, yang tidak memiliki keturunan atau latar belakang suku Dayak, dianggap telah mengganggu kebudayaan dengan penampilannya yang dianggap aneh dan tidak sesuai.
Kejadian yang melibatkan Tarmiji memberikan pelajaran tentang betapa pentingnya menghargai kebudayaan dan tradisi lokal. Ketika menggunakan media sosial, penting untuk tetap berhati-hati terhadap akibat yang dapat ditimbulkan oleh kata-kata dan tindakan kita terhadap orang lain, terutama dalam konteks sensitif seperti budaya dan kehormatan.
Panglima Kijang, Alias Tarmiji: Kontroversi Fitnah Terhadap Kesultanan Kutai Kartanegara
Pada beberapa waktu belakangan, publik di Kalimantan Timur dikejutkan dengan penyebaran berita yang menggelisahkan tentang Kesultanan Kutai Kartanegara. Cerita ini melibatkan seorang figur yang dikenal sebagai Panglima Kijang, yang telah menyebar fitnah tentang penerimaan uang suap oleh orang tua Pangeran Kutai, dalam sebuah konten video yang viral.
Panglima Kijang, atau yang juga dikenal dengan nama Tarmiji, menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan masyarakat setelah klaim kontroversialnya terungkap. Dalam video yang diunggahnya, dia dengan tegas menyatakan bahwa orang tua Pangeran Kutai menerima suap dana, mencoreng nama baik Kesultanan Kutai Kartanegara.
“Kamu menghina orang tua saya. Sejak kapan orang tua saya meminta sogok?” tanya Pangeran Kutai sambil melempar botol air ke arah Panglima Kijang dalam sebuah unggahan video, panglima kijang hanya bisa terdiam tak berdaya.
Tindakan yang di perbuat panglima kijang adalah sebuah pencemaran nama baik, ia berani mengatakan seperti itu tanpa ada nya bukti yang jelas. Setelah jalani sidang adat, kasus ini kemudian di bawak ke pihak berwenang polres kutai kertanegara kalimantan timur.
Namun, sejauh mana kebenaran dalam tuduhan Panglima Kijang tersebut? Sejauh ini, belum ada bukti yang memadai yang mendukung klaim tersebut. Justru, tuduhan tersebut mengundang pertanyaan besar atas motif sebenarnya di balik pernyataannya. Sementara Kesultanan Kutai Kartanegara sendiri telah lama menjadi bagian penting dari sejarah dan identitas Kalimantan Timur.
Kesultanan Kutai Kartanegara memiliki warisan budaya dan sejarah yang kaya. Sejak berabad-abad yang lalu, Kesultanan ini telah menjadi pusat kekuasaan dan kebudayaan di wilayah tersebut. Karena itu, tuduhan semacam itu tidak hanya menimbulkan keraguan terhadap lembaga kerajaan tersebut, tetapi juga merusak warisan budaya dan sejarah yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.